Selasa, 12 Februari 2013

Butiran Debu



untuk yang dikhianati, . . .?

“Hiks, hiks, ...”
“Kamu kenapa mengangis?”
“Si dia....hiks, hiks,”
“Kenapa?”
“Dia berkhianat...”

Apakah Anda pernah mengalami hal di atas? Apalagi jika Anda seorang wanita, tidak jarang mereka meluapkan emosinya dengan menangis. Itu hal yang wajar koq.  Bagi yang pernah mengalaminya mungkin akan berkata, “Iya, aku pernah. Rasanya sakiiiiiit banget.” Seseorang yang kita cintai, tiba-tiba mengkhianati kita, padahal pada masa-masa manis itu dia telah mengucap janji setia.  Dia telah berkata “I love u forever” , dia telah berkata “You’re my everything” , dia telah berkata “Aku tak bisa hidup tanpamu”. Oh, o... o... betapa manis kalimat-kalimat itu yang  pada akhirnya hanya omong kosong dan hanya menggoreskan luka.

Kalau ngomongin masalah pengkhianatan, mungkin Anda ingat lirik lagu di bawah ini,..


Butiran Debu

Namaku cinta ketika kita bersama
Berbagi rasa untuk selamanya
Namaku cinta ketika kita bersama
Berbagi rasa sepanjang usia

Hingga tiba saatnya aku pun melihat
Cintaku yang khianat, cintaku berkhianat

Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi
Aku tenggelam dalam lautan luka dalam
Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang
Aku tanpamu butiran debu



Namaku cinta ketika kita bersama
Berbagi rasa untuk selamanya
Namaku cinta ketika kita bersama
Berbagi rasa sepanjang usia
Hingga tiba saatnya aku pun melihat
Cintaku yang khianat, cintaku berkhianat ooh
Menepi menepilah menjauh
Semua yang terjadi di antara kita ooh

Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi
Aku tenggelam dalam lautan luka dalam
Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang
Aku tanpamu butiran debu

(Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi
Aku tenggelam dalam lautan) dalam luka dalam
Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang
Aku tanpamu butiran debu, aku tanpamu butiran debu
Aku tanpamu butiran debu, aku tanpamu butiran debu



Butiran debu, itulah awal tubuh kita yang  pada akhirnya kita akan kembali menjadi butiran debu lagi. Hati kita akan merasa sakit bila dikhianati, lalu bagaimana jika berkhianat pada Allah?. Tidak jarang,  kita telah berkhianat kepada-Nya.  Dzat yang telah menciptakan kita, yang telah menciptakan kita dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Hewan, tumbuhan, bumi, semua dunia ini diciptakan-Nya hanya untuk manusia. Bahkan kita sering mengeluh, tidak bersyukur, dan paling parah lagi berkhianat. 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
(Q.S. Adz-Dzariyat 51:56)


Artinya : “Dan tidaklah Aku Menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
Tafsir : Wa mā khalaqtul jinna wal iηsa illā li ya‘budūn (dan tidaklah Aku Menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku), yakni supaya mereka taat kepada-Ku. Ini merupakan perintah khusus untuk orang-orang yang taat kepada-Nya. Ada yang berpendapat, sekiranya Dia Menciptakan mereka untuk beribadah, niscaya mereka tidak akan mendurhakai Rabb mereka walapun hanya sekejap. ‘Ali bin Abi Thalib berpendapat (mengenai penafsiran ayat di atas), “Tiadalah Aku Menciptakan mereka, melainkan agar Aku dapat Memberi perintah dan tugas kepada mereka.” Dan menurut pendapat lainnya, “Wa mā khalaqtul jinna wal iηsa illā li . ya‘budūn “ (dan Aku sekali-kali tidak Menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku), yakni melainkan Aku telah Memerintahkan kepada mereka agar bertauhid dan beribadah kepada-Ku.


Lantas bagaimana dengan ibadah kita terhadap-Nya?.  Bernafas, bisa berjalan, bisa merasakan enaknya nasi pecel, es teh, es krim, dan banyak lagi. Kita menyukuri itu semua dengan apa kalau tidak dengan menjalankan perintah-Nya, salah satunya yakni beribadah. Dannn beribadah yang tidak kalah pentingnya yakni sholat. Sudahkah kita sholat lima waktu per hari? Tepat waktu?. Sebenarnya ALLAH TAK AKAN MERUGI  jikalau kita TIDAK BERIBADAH KEPADANYA. Bahkan, kitalah yang akan merugi. Ibadah sebernarnya merupakan sebuah kebutuhan bagi kita. Dengan beribadah, kita akan lebih dekat pada-Nya dan jika sudah dekat, Insya Allah hidup di dunia ini bukan masalah berat.

Well, alangkah pantasnya jika kita mengatakan, “Aku tanpa-Mu butiran debu...” dan kalimat ini ditujukan untuk ALLAhH semata. Karena memang benar, kita tanpa kasih sayang-Nya, tanpa kuasa-Nya, tanpa lindungan-Nya, kita hanyalah butiran debu.

So...mari kita berusaha untuk selalu menjaga kepercayaan-Nya, jangan buat Dia sakit hati. Dia saja memberikan semuanya untuk kita, bahkan yang tidak kita minta. Masak kita tidak berkenan membalasnya walaupun sebenarnya kita tidak mampu membalasnya bahkan Dia pun tak membutuhkannya. Setidaknya kita telah berusaha menjalankan perintah-Nya dan menjaga kepercayaan-Nya.

Bagaimana  jika kita bersenandung lagu butiran debu bersama dengan larik seperti ini:

Namaku hamba ketika aku bertaqwa
Beribadah untuk selamanya
Namaku hamba ketika aku bertaqwa
Bersedekah (ket: salah satu ibadah yang sangat dianjurkan)  sepanjang usia

Hingga tiba saatnya aku berkhianat (ket: karena tak menjalankan perintah-Nya)
Cintaku yang khianat, diriku berkhianat

Aku terjatuh dan ingin bangkit lagi (ket: kita harus memperbaiki diri kita yang dulunya jatuh, tak menjalankan perintah-Nya, menjadi insan yang lebih baik)
Aku tenggelam dalam lautan luka dalam (ket: dosa yang bertubi-tubi)
Aku tersesat (ket: bukan di jalan-Nya) dan ingin tahu arah jalan pulang (ket: arah kembali ke jalan yang benar)
Aku tanpa-Mu (ket: Tuhan, ALLAH Swt.) butiran debu

:  )  :  )  :  )
Perubahan lirik ini, semata agar kita selalu introspeksi dan mengingat-Nya.
Semoga. Aamiin.

Terima Kasih...

0 komentar:

Posting Komentar

Tanggal berapa hari ini?


Halaman

Translate

followers..